L-O-V-E
Deborah
Florencia
OPENING
Know the character…
ABBEY
“Cinta itu menyakitkan!”kata Abbey, remaja 13
tahun, saat ditanya temannya tentang cinta.
Berhubung gadis kelahiran 8-8-98 ini
adalah korban PHP (bahasa gaulnya Harapan palsu). Menurutnya cinta itu tidak
ada gunanya, hanya membuat sakit hati, tidak konsen belajar, semua yang buruk
datang dari cinta. Komitmennya , berpacaran setelah kerja.Tapi semua berubah
saat……
GALVIN
Galvin, cowok remaja, 15 tahun.
Kelahiran 29-5-96. Lebih tua 2 tahun dibandingkan Abbey. Sangat pengertian, kadang
cuek, hobinya main game, mengedit foto, apapun tentang computer suka menarik
minatnya. Kacamatanya mempuatnya terlihat charming.
BILL
Cowok putih tinggi, teman kelas
Galvin. Senang mengganggu. Tapi Lucu dan salah satu idola di dalam persekutuan
sekolahnya. Mirip Sinchan kata beberapa anak gadis. Sahabat karib Galvin.
JULIAN
Remaja Cowok, pelatih sekaligus kawan
Galvin. Orangnya lucu dan menarik. Tapi saaangat teramat tegas dan disiplin.
Bawaannya yang santai membuat orang nyaman. Raja debat, belum pernah ada yang
bisa mengalahkannya.
DARYL
Remaja Cowok, lebih muda setahun dari
Abbey. Sangat favorite dengan bola. Terutama Futsal. Gitar, keahliannya.
JOSEPH
Remaja Cowok, putih, kurus tinggi.
Sangat lucu. Tawanya yang sangat khas dan di kenal.
YONATHAN
Remaja Cowok putih dan tinggi. Master
Guitar, Frontal dalam segala hal. Saat jahil, membuatmu salting dan sangat
teramat salting. Kadang menegur daryl. Orang yang lumayan disegani.
REY
Remaja pria hitam manis, salah satu
masa lalu abbey yang kelam, dan tak ingin diingatnya lagi. Tinggi, kurus,
pemain basket. Pacar dari mantan sahabat Abbey.
KATHLEEN
Remaja putri, pacar dari Rey. Mantan
sahabat abbey.
Chapter 1
First Meet
Cinta? Terlalu cepat……
Retreat pertama… Ayah dan bunda
mengantar sampai di tempat tujuan… “Kopernya terlalu besar”, kata Abbey dengan
ada manja dan malas. “Bawa saja untuk persediaan” bundanya menyahut dari dalam
mobil. “Byee….”sambil melambaikan tangan, “Iya, jaga diri, jangan macam –
macam”kata sang ayah. “Tentu saja, di sini banyak pengawas”sahut Abbey.
Retreat ini sangat berkesan dalam bagi
Abbey, pertama ini retreat pertama sepanjang sejarah persekutuannya. Kedua, dia
retreat bersama mantan idolanya dan tentu saja pacar idolanya. Awalnya, sulit
untuk membiasakan diri. Lama – kelamaan Abbey mulai terbiasa. “Halo kak!”, sapa
Abbey bersemangat kepada salah satu siswa di sana. “iya..”jawab pemuda itu
singkat, padat dan jelas, menandakan
sedang malas berbicara. Hal ini membuat abbey menggerutu dalam hati “di sapa,
tapi tak membalas, kacaaaangg”. “Kak, boleh minta nomor teleponnya?”, kata
Abbey polos.”Buat apa?”balas anak cowok itu. “mau minta di bangunkan, bisa?
Soalnya saya susah bangun cepat, kalo pagi hari kak”. “nomorku 0411 – 295xxxx”.
Abbey pun mencatat nomornya di hp Samsung miliknya. “Oh iya, nama kakak
siapa?”… “Galvin..”
Pagi
hari… 06.00 WITA
“Selamat pagi semuaaaa”, teriak Abbey
selaku alarm berjalan. Teriakannya membuat beberapa teman terbangun, ada yang
menggerutu karena lengkingan suaranya membuat tidur mereka menjadi tidak
nyenyak. Abbey cuek, yang penting baginya, sudah melaksanakan tugas sebagai
alarm. Untung saja kamar anak-anak laki” di atas, kalau tidak, mungkin mereka
juga ikut terbangun karena gangguan di pagi hari.
Saat
teduh…
Saat – saat ini sangat menenangkan
jiwa… anak- anak masih dalam keadaan muka ngantuk (tepatnya muka bantal), para
pembimbing mengerti keadaan remaja seperti ini. Abbey dan Galvin saling berbagi
alkitab, karena alkitab Abbey dipinjamkannya kepada temannya. 1 Hari dilalui…
Berkesan…
Retreat selesai dan berlalu begitu
cepat…
Chapter 2
Lovely Rainy…
Musim hujan, 3 bulan setelah retreat,
semester 1 kelas 2…
Sepulang sekolah..
Abbey mengutak-atik hpnya, mencari
nomor yang bisa di ajak ngobrol. “Kak Galvin?”.. hati abbey berdesir untuk
mengirim sms. “Halo kak, abbey”… 10 menit berlalu, abbey benar – benar berpikir
bahwa Galvin adalah cowok jutek.. tak lama kemudian.. Bzz,Bzz, hpnya
bergetar.”Iya, halo juga, knp?”. Abbey terkejut dan senang, akhirnya dia
memiliki temaan smsan. Pertemanan ini pun berlanjut hingga bulan berikutnya.
“hahaha… ia sudah pasti lah dek”kata
Galvin, kelihatannya dia mulai merespon positif. Bulan oktober, bulan latihan
persiapan natal mereka.
Kebetulan Galvin punya kemampuan
menggambar, abbey minta di ajar, tentu saja galvin bersedia. Moment-moment ini
sangat lucu.
Is it Love?
Beautiful November is coming.. so
beautiful…
Abbey sudah sangat akrab dengan
Galvin. Latihan bersama, smsan, chatting, membuatnya merasa nyaman, dan lebih mudah untuk melupakan Rey –
Move on. Sampai tiba harinya. Bzz, bzz, “kak, perjanjiannya tanggal 11 yah..”, “aduhh..
terlalu cepat, bagaimana kalau bulan depan?”sahut Galvin di balik sms. “Okelah…
tanggal berapa?”jawab Abbey, “nanti diliat, brb yah dek”jawab Galvin singkat.
Tanpa di ketahui, masing – masing
pihak sudah menyimpan perasaan satu sama lain. Tapi mereka menentang perasaan
itu, karena berpikir untuk serius dengan pelajaran. Serius sih serius, tapi masa masalah hati diduakan? Kata ABG jaman
sekarang sih gitu. Di satu sisi, Abbey masih trauma dengan REY… masa lalunya.
“Apa ini cinta?...umm… sepertinya
belum saatnya, gue nggak mau mengulang pengalaman suram lagi” debat Abbey dalam
hati. Hari – hari dilalui Abbey dengan penuh kebigungan tentang perasaannya
sekarang. Disatu sisi dia senang dan nyaman berada di dekat Galvin, disisi
lain, dia takut akan salah melangkah…”Ya Tuhan… berikan aku petunjuk”, ucapnya
penuh harap.
Chapter 3
Back to the past…
Awal pertemuan…
Bulan Juni, awal memasuki kelas baru,
ruangan baru, tingkatan baru. Kelas VII-B, lantai II tahun 2010. Abbey yang
polos, dan baru memasuki lingkungan baru, tampak bingung dengan letak
kelasnya.”Duh! Kelas Gue yang mana yah.. mana sekolahnya besar, masa gue
keliling sekolah?”, gerutunya. Setelah berbincang – bincng, akhirnya dia bisa
menemukan kelasnya. Tidak begitu bersih juga tidak begitu kotor, gambaran
kelasnya yang baru.
Abbey bergaul dengan cepat, dia dekat
dengan kedua sahabatnya, Kathleen dan Angel. Kathleen berambut pendek,
sedangkan Angel berambut panjang. Saat itu anak – anak hobi memotong pendek
rambut mereka. Berkeliling kelas? Sudah tentu hobi Abbey di sekolah.
Sampai-sampai dia pernah dipanggil oleh guru BP dan di nasehati agar diam di
kelas. “Memangnya kaki gue guakan buat apa, masa nggak boleh jalan-jalan”, ucap
Abbey tiap kali setelah di tegur.
Bulan kedua setelah masuk sekolah.
Abbey dan kawan-kawan mereka mengikuti
persekutuan di gereja mereka. Saat pertama kali pertemuan Abbey di suruh
untuk menyanyi. Awalnya grogi, bahkan keringat dingin.
Saat ibadah, Abbey mulai berkenalan
dengan tiap – tiap siswa di ruangan itu. Sikapnya yang supel membuatnya cepat
menyesuaikan diri dengan pergaulannya. “Hai kak!”sapanya antusias dan ramah.”Ia
hai”jawabnya teduh. “Nama kakak siapa?”dengan nada kekanak – kanakan Abbey
bertanya.”REY”, jawabnya singkat.
Friendship
to love?
Abbey, Kathleen, Angel pun bersahabat.
Keempat – empatnya sangat akur. Rey tergolong anak yang cuek dengan
pelajarannya. Abbey sangat senang jika di suruh – suruh melakukan apapun. Kathleen
terkenal cool dan badan proporsional, Angel terkenal baik namun pandangan
matanya yang sinis, kadang membuat orang salah paham kepadanya. Orang yang
paling sering dsms Rey adalah Abbey dan Angel, tiap kali Rey mengirim pesan ke
Kathleen, pasti jarang di balas. ”Gue bilangnya sih nggak masuk, tapi aslinya
masuk, tapi gue aja yang malas bales sms dia, nggak penting beud”kata
Kathleen.”Dia kasihan tau, masa lo nggak bales, pulsalo nggak bakal terpotong
banyak, setidaknya lo balas 4 atau 5 smsnya” bela Abbey. “Ah, Malas” jawab
Kathleen.
“Dek, gue mau curhat..”sms Rey
mengawali. “Ia, curhat apa kak, curhat aja”balas Abbey tulus.”Gini, gue suka
sama cewek..”, “Hah siapa? Apa cirri – cirinya?”jawab Abbey. “Putih, rambut
pendek, anaknya baik”jawab rey datar. Hati Abbey mulai berbunga – bunga membaca
pesan yang dia terima. Hal seperti ini terus berlanjut.. sampai suatu
hari..”Sebenarnya dia itu Kathleen”kata Rey. Hancur sudah perasaan berbunga –
bunga dan geer yang di alami abbey, semua hanya mimpi belaka. Hatinya seperti
di remukkan oleh besi baja. Jawaban singkat, yang membuatnya kecewa terlalu
berharap lebih..
Chapter 4
Now…
Bayangan masa lalu Abbey yang kelam membuatnya bimbang mengambil keputusan.
Hingga suatu hari, dia membulatkan tekadnya untuk menetapkan perasaan mendalam
yang dialainya adalah cinta.”Jadi kak, tanggal berapaan?kata Abbey.”Tanggal 30
November? Bagaimana?, jangan terlalu cepat yah dek, gue nggak sanggup buat
ngasih tau lo”jawab Galvin ragu – ragu. “Oke kak, sip!”jawabnya semangat.
29.11.11. “Besok yah kak, aku janji,
pasti ngasih tau juga. Yah…”paksa Abbey.”Okelahhh iya2 gue percaya”jawab Galvin
pasrah. Mereka semakin akrab. Tapi masih dalam satu hal yang membingungkan.
Kata hati mereka masih berusaha menentang perasaan yang mereka rasakan. Remaja…
patut saja bingung. Banyak hal yang mendukung.
30.11.11 pagi. Pagi hari terasa
canggung bagi keduanya. Disaat Abbey terus mendesak, Galvin malah menunda –
nunda. Sampai pada pukul 11.30 “Sebenarnya yang gue suka itu ….. Lo”. Namun
sayang, abbey sudah tertidur pulas, karena kelalahan mengerjakan tugasnya.
Keesokan paginya, saat membaca pesan singkat itu…deg…deg…deg… Abbey merasa
jantungnya berdebar, matanya tidak berkutik, snyumnya langsung mengembang. Perasaan
senang bahagia, kaget, sedih, bercampur aduk menjadi satu. “Ha? Ia kak?
Astaga:$”jawabnya singkat. “Jadi, kan gue sudah bilang, sekarang giliran lo..
kalo lo suka siapa?”jawab Galvin santai.” Gue suka sama G*****” Jawab Abbey sok
misterius. “Itu siapa?”Galvin masih bingung. “Itu kak Galvin :$” jawabnya
tersipu malu. Hari itu hari bahagia untuk kedua remaja yang baru merasakan
cinta.
Chapter 5
Hari baru… Tahun baru…
Suasana yang baru…
“Huaa….
Pagiii smuanyaa!!!” teriak Abbey penuh semangat. Harapan baru, hati baru, cita
– cita yang semakin tinggi.. membuatnya terus termotivasi. Sedangkan Galvin
masih tidak menyangka akan cintanya kepada Abbey.
Galvin
sudah merencanakan akan tujuan kuliahnya nanti. Ia berharap bisa lulus di ITB..
Keinginan terbesarnya.. Abbey masih berpikir mengenai SMA tujuannya nanti. Anak
manis ini berharap bisa masuk di SMA favorit. Sudah menjadi hal biasa untuk
remaja seusianya.
3
tahun mereka jalani bersama namun untuk tahun
berikutnya, mereka harus terpisahkan dengan jarak.. Jarak berpuluh –
puluh kilometer jauhnya.. Rasa rindu tentu saja ada, namun mereka focus ke masa
depan..
8 tahun kemudian…
”Hai
dek”, sapa Galvin ramah. “Hai juga kakakkk!!..”sapa balik abbey, yang tak kenal
dengan kata –tenang-. Mereka bercengkrama bersama – sama. Menurut Abbey dan
Galvin, suasana persahabatan dan persaudaraan lebih menyenangkan di bandingkan
mereka berpacaran. Polo piker merka berdua bisa di bilang lumayan berbeda di
bandingkan dengan pola pikiir anak – anak seumuran mereka. Menurut mereka,
kalau bersahabat saja lebih baik untuk sekarang ini. Hal ini tentu saja sangat
mengherankan. Dan juga lucu.
Daryl,
sahabat Abbey dari kecil, kadang merasa iri dengan kedua remaja itu. Diam – diam, Daryl
menyimpan rasa sayang yang besar kepada Abbey. Sejak kecil keakuran mereka
bertumbuh seiring berjalannya usia, Daryl makin sayang, dan menyadari rasa
sayangnya itu adalah sebuah cinta. Sedangkan Abbey menganggapnya sebagai
seorang saudara, dan sahabat, tidak lebih.
Beberapa
hari kemudian…..
“Halo”,
telepon daryl. “Ia halo, ada apaa kawaan??” sapa balik Abbey yang penuh ceria.
“Gini gue mau ngajak lo dinner, mau?”ajak daryl yang sekarang sudah bertumbuh
menjadi seorang pemuda 20 tahun yang tampan. “Boleh, tapi gue makannya dikit yah,
secara lo tau gue, nggak rakus, nggak kayak lo, oh iya, kapan dinnernya?”,tanya
Abbey dengan penuh semangat. “Bentar malam, lo bisa? Pake baju atau gaun lo
yang paling cantik yah..”ucap Daryl lembut. “Wokee!! Sippo kawanku..”tutup Abby
yang ternyata sedang mengerjakan skripsinya.
Malamnya,
mereka bertemu di tempat yang telah ditentukan. Hal ini sangat lucu, karena
tiba – tiba saja Daryl yang selama ini sangat bawel, enjadi sangat teramat
romantis…
“lo
ada apa sebenarnya sih? Kenapa tiba – tiba ngajak? Trus kenapa gue harus make
dress kayak gini? Panas tau” keluh Abbey yang memang selalu mersa tidak nyaman
tiap kali menggunanakan dress. “gini.. sebenarnya…gue”sambil megeluarkan kotak
merah.”lo kenapa?.”gue mau lo jadi orang ppertama dan terakhir dalam hidup
gue.. lo mau? “maksud lo? Jawab abbey bingung..”Gue mau lo jadi pacar gue, tapi
bukan Cuma sampe disitu, saaatgue udah kerja nanti, gue mau lo jadi istri gue”
jawab daryl teduh. “Ggue…. Gue nggak bisa… maaf yah.. gue serius,,, gue
nganggap lo sebatas sahabat dan saudara gue aja”, maaf….” Jawab Abbey penuh
rasa bersalah.”Oh… bgitu gue ngerti lo kok… tenang aja… pasti ini masalah
Galvin kan?” jawab Daryl seraya tersenyum. “Iia.. maafin gue yah,, gue nggak
pernah berniat ngelakuin ini… sejak 8 tahun yang lalu, gue udah buat komitmen
sama Galvin… lo bisa maafin gue?...”Ia tentu aja gue maafin llo, secara lokan
awel imut, dan bkin gue tau rasanya cinta.. Gue juga udah menduga llo bakalan
nolak gue, api daripada gue mendam ini selam berthun – tahun, mending gue
nnyatain aja ke lo. “makasih.. lo sahabat gue yang paling baik..”jawab Abbey
sambil memeluk Daryl..
Chapter 6
Esok harinya di tempat
yang sama, pagi hari yang cerah,,, awal yang menyedihkan…
“Oh
iya, Galvin gimana kabarnya?” ucap Daryl membuka pembicaraan. “oh dia, lagi
sementara gejalanin beasiswanya udah masuk semester terakhir di ITB, Bandung..
Katanya sih , minggu depan dia mau balik ke sini lagi. Gue kangen dia.. huaa”
ucap Abbey kekanak – kanakan.”wah … Galvin keren banget, tapi gue udah menduga
dia bakal dapat beasiswa secara dia rajinnya mina ampun, latihan aja biasanya
sampe baca buku kalau ada latihan”Jawab Daryl sambil memasang wajah jenuh.
“hmm.. kalo lo gimana? Gimana kuliah lo?”Tanya Abbey balik. “Kalo gue sekarang
lagi ngejalanin kuliah music gue, rencana nya sih gue mau cari beasiswwa, lo
taukan Hillsong di Australi, gue pengeeeeen banget ke sana.. “jawab Daryl.”Hm..
AMIN! Lo pasti bisa, tapi kalau udah sukses jangan ngelupai gue yaa” sahut Abbey.
“Perasaan kita dari tadi ngomogin gue dan orang lain, gimana sama lo?” Tanya
Daryl. “Gue lagi sementara masuk semester terakhir juga di kedokteran UI, tapi
sekarang lagi liburan… jadi gue bisa istirahat dan jalan – jlan lagi.. J.”jawab
Abbey. “Wih, temen gue jadi dokter, kelamaan nggak pernah cerita, tiap kita
punya cerita masing – masing yah.. haha”jawab Daryl. “ia, eh, gue cabut dulu
yah., mau nyiapin surprise buat Galvin, ternyata lusa dia bakallan
datang.”jawab Abbey tergesa – gesa.”Mau gue anterin, kebetulan gue lagi nggak
ada jadwal ..”Daryl menawarkan bantuan.”Serius lo?” Jawab Abbey semangat. “Ia,
ayo?” Ajak Daryl menggndeng tangan Abbey.
Di toko bunga…
“Lo
mau beliin Galvin bunga? Dimana – mana itu cowok yang ngasih bunga ke cewek
bukan sebaliknya -_-“ kata Daryl bingung, “biarin ajah, sekali - kali juga nggak masalah kali, EMANSIPASI”
jawab Abbey cuek. Abbey mengambil bunga mawar putih, digabungkan dengan tulip
kuning, tiba – tiba warna putih bunga itu tenodai dengan darah segar berwarna
merah… Abbey menyadarinya dan segera menghapus darah itu, namun darah terus
mengalir dari hidungnya,, terus….dan terus….
“Abe!!
Abe!! Lo kenapa?”ucap Daryl panik bukan kepayang. Dia menggedong Abbey ke dalam
mobil. Beberapa menit kemudian….
“Abe?! Lo udah bangun?” teriak daryl nggak selow.”Ia… memangnya tadi kenapa,
trus gue kenapa?”jawab Abbey bingung. “Lo pingsan trus mimisan,,, lo kecapean
yah?” jawab Daryl mencoba untuk tenang di depan Abbey. “Hmmm gitu, perasaan lo
ajah kali.. gue nggak kenapa – napa kok, lo nyantai aja..”Ucap Abbey. “Gue
antar lo pulang sekarang ya..”ucap Daryl. “oke..” jawab Abbey lembut.
Dirumah Abbey..
“ ya Tuhan seandainya
mereka tau , apa yang terjadi sama aku… selama iini, Galvin hanya tau apa yang ku alami, Daryl mrndapati gejala
penyakitku, hanya keluargaku dan aku yang tau.. Aku tau Tuhan.. rencana- Mu
indah.. namun aku minta sebelum aku bertemu dengan Galvin… jangan panggil aku..
Aku sangat menyayanginya.. Ya Tuhan.. Aku mohon..
Setelah
itu Abbey tertidur pulas…
2 hari kemudian…
“Welcome
Homee kakakku”sambut Abbey di stasiun kepada Galvin yang beru saja tiba dari
Bandung..’”Iaa adiku… oh iya, yang di belakang kmu itu apa?”Tanya Galvin
penasaran. “Mau tau aja atau tau banget??” jawab Abbey semakin membuat
penasaran. “aaa.. kamu nggak berubah” sambil mencubit pipi cubby Abbey.”Ini,
ada bunga.. kesukaan kamu mawar putih dan tulip kuning, fresh from the
florist”kata Abbey sambil memasang wajah imutnya. “Wii.. adekkku udah gede..
tau namanya Emansisapi, eh, Emansipasi maksudku” kata Galvin sambil bercanda.
Tiba – tiba Daryl datang mengagtkan “Woi bro, lo ngelupain gue… biasa aaja lo, mentang – mentang lo udah makin
keren, dapetin cewek cubby kayak dia.. sombong, ngelupain gue” ucap Daryl.
“Yee, si tuan ‘Musik’ udah datang.. Gue nggak lupa sama lo.. tenang aja, Abbey
udah cerita semuanya… Gue salut banget sama keberanian lo”
ucap Galvin sambil berbisik, mereka pun melakukan tos ala mereka, hal itu
membuat Abbey merasa sedih “Seaindainya
mereka tau…”
Saat
sedang jalan – jalan di Mall, Galvin, Daryl, dan Abbey makan di mall, secara
tidak sengaja mereka bertemu dengan Julian, Yonathan, dan Joseph. “Heeii!”Sapa
Joseph yang bersemangat. “Hei semua” Sahut Abbey, yang menyadri kedatangan
mereka, dan sangat gembira. “Lo ngapain kesini?” Tanya Julian bingung. “Gue
jalan – jalan, sambil ngelepas rinu ama 2 orang sahabat gue ”jawab Abbey sambil
menunjuk Daryl dan Galvin. Semua pandangan mata tertuju ke mereka berdua, yang
lagi asik melihat – lihat menu, namun tidak menyadari kedatangan mereka berdua.
“Woii!!! Udah lupa lo.. mentang – mentang keren di situ, lupa kawan” Kata Yona
than mengagetkan mereka berdua, sambil mengambil satu kursi dan duduk, hal ini
di ikuti dengan Julian dan Joseph. Mereka becerita… mlepas rindu… “kan lo udh tau
tetang gue, galvin dan abbey, sekarang gilian kalian bertiga, gimana
sekarang?”ucap Daryl. “kaloo gue sekarang udah jadi dokter di salah satu rumah
sakit di Jakarta, kebetulan aja ada wktu, jadi gue sempat jalan – jalan.”jawab
Julian. “Kalp gue sih, lagi ngejalann beasiswa di Australi, beasiswa music
gitu, tapi gue libur 3 bulan, jadi ke Indo deh..”Jawab Yonathan bersemangat.
“Guee.. sekarang di bidang farmasi di Bandung, gue pernah ketemu ama Galvin,
jadi gue udah tau tentang dia.”jawab Joseph cuek. “Waahh.. kalian keren
semuaa.. jadi pengen lama – lama di sini.. tapi sayang sekarang aku mau pulang,
mau check up di RS, nggak papa kan duluan?”potong Abbey. Semuanya terkejut …
belum sempat salah satu dari mereka menyahut..”Gue cumin check up doang … nggak
apa” kan, okelah gue dluan yh bye…?” jawab Abbey langsung pergi… yang lain
terlihat tenang, tapi Julian masih merasa ada yang ganji, begitu pula Daryl.
Di Rumah Sakit…
“Saya
tau kamu gadis yang kuat, tpi sebaiknya, harus ada yang bisa bersedia melakukan
transplantasi untuk kamu.. atau kamu bersedia mengikuti chemotherapy karena…
ini sudah memasuki stadium terkhir, 1 lagi, jangan lupa minum obat kamu,
setidaknya itu bisa mengurangi rasa sakitnya” ucap sang dokter…
“Baik
dok, aku bakal berusaha… terima kasih banyak..”
Abbey
pulang, karena hal ini sudah menjadi kebiasaannya tiap minggu.. Di tengah jalan
dia bertemu dengan Julian. “hei Abe!” ucap Julian.”Ia haii! Mau kemana?” Tanya
Abbey. “Jlan – jalan ajah..”jawab Julian santai “Kalo lo”balik bertanya. “Gue habis
check up di RS in.”.. “oo, lo check up dsini di rumah sakit tempat gue kerja..
astaga… ternyata dunia ini sempit yah”
“Wah….”Ucap
Abbey setenga khawatir.. “Kalo gitu gue duluan yah…” tutur Abbey.. “Oke deh..
hati – haati” kata Julian… namun masih merasa penasaran dengan Abbey.
Di
rumah sakit, Julian menanyakan dokter yang menangani Abbey, dia kaget, karena, saat tau nama dokter
itu…dia memang sudah curiga sejak awal. Ia pun memberanikan diri bertanya pada
dokter. “ Dok, sebenarnya ada apa dengan Abbey?”…”saya mohon kamu jangan
terkejut, sebenarnya di menderita leukemia akut, dan berada pada stadium
terakhir. Julian tekejut bukan main, di balik sikap ceria.. ada sosok lemah
Abbey…
Keesokan
harinya, Julian datang ke rumah Abbey menceritakan segalanya, Abbey terkejut,
dan memintanya untuk merahasiakan ini dari semua orang. Ian pun berjanju tidak
akan membocorkannya. Saat sedang asik bercerita tiba – tiba Abbey merasa
pusing, pandangannya buram dan……….. saat terbangun Abbey sudah berada di di
dalam ruagan penuh dengan peralatan kedokteran.” Kamu udah bangun?..” Tanya Galvin…
“ia.. kamu kenapa bisa ada di sini..?” “Ian kabarin aku…oh iya, sebenarnya kamu
itu……leu….”Tanya galvin.”Ia, aku seperti yang kamu katakan”jawab Abbey sedih..
dan meneteskan air mata.. “Kamu jangan sedih, ada aku di sini ,sampai maut yang
memisahkan yah..” ucap Galvinteduh sambil mengusap air mata Abbey, hal inni di
saksikan oleh , ayah, ibu, dan daryl. Mereka menangis.. karena anak satu – satu
mereka akan segera pergi meninggalkan mereka..
Chapter 7
86400 detik….
Hari
ini… Abbey keluar dari rumah sakit.. Galvin meminta izin kepada orang tuanya,
untuk mengajak Abbey jalan – jalan keluar.. orang tunya pun mengijinkan..
Mereka
menonton drama dari pasir, main di taman, pergi ke pasar malam, membuat
kerajinan, berenang di pantai.. namun mereka bukan hanya berdua, tpi daryl juga
di ajak oleh Galvin… Abbey sangat senang.. sampai – sampai.. “Hari ini, aku
senaaaang bnget.. seandainya Tuhan manggil aku sekarang, aku rela..” Ucap
Abbey.. yang secara tidak langsung membuat Galvin dan Daryl tertegun, terkejut,
dan sedih…
Beberapa menit kemudian…
Deg….deg…
deg… jantung Abbey terasa sakit, dadanya terasa sesak, pandangannya menjadi
buram dan darah keluar dari hidungnya, mengalir, membuat Galvin dan Daryl
panic… saking panikny, mereka tidak tau harus berbuat apa, abbey pun pingsan…
Di rumah sakit..
“Ya
Tuhan… kami sangat menyayangi Abbey berikanlah dia kekuatan…”ucap Galvin dalam
hati…
Dokter
keluar dari ruangan ICU, dan meminta persetujuan orang tuanya untuk melakukan
operasi.. orang tuanya menyetujui… Abbeypun dipindahkan ke ruang operasi.
2 jam kemudian…
Dokter
keluar… dengan wajah pucat…merasa bersalah… berkata,,, “Pak, Ibu… Adek… semua..
maafkan saya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin , namun , Abbey sudah
tidak bisa diselamatkan.. Ibu nya menangis histeris dalam pelukan
ayahnya..Daryl dan Galvin teruduk di depan ruang operasi. Galvin mencoba
menahan air mata karena ia tak ingin Abbey melihatnya menangis. Daryl hanya
terdiam mambatu, tanpa kata – kata terucap dari bibirnya. Pikiran Galvin
melayang.. teringt kata- kata Abbey.. “kak,
seandainya, waktu dapat aku hentikan, aku ingin waktu ini kulauli sama kakak…
dan saat aku udah nggak ada lagi, aku ingin kakak selalu tersenyum sebut nama
aku 3 kali.. aku pasti akan datang ke kakak.. “ aku sayang kakak, oh iya satu
lagi, bunga kesukaan aku itu bunga mawar merah, sama kayak kakak, tapi aku
nggak suka satu bucket, aku hanya suka 1 tangkai aja”…
2 tahun kemudian…
Derap
langkah kaki Galvin terdengar lembut di tengah pemakaman itu… hatinya sekarang
telah tenang sudah bisa melepas kepergian Abbey yang sangat cepat. Sambil
mendekat… “Hai Abbey, gimana kabar kamu? Baik kan?... Aku bawa bunga kesukaan
kamu.. mawar merah, nggak satu bucket tapi satu tangkai.. bener kan? Aku memang
kakak terbaik… Oh iya, aku mau ngabarin kamu, kalo aku udah diterima kerja jadi
manager perusahaan swasta. Rencananya aku bakalan menetap di Jakarta, jadi bisa
sering – sering kesini deh..”Ucap Galvin teduh. Tanpa dirasa, angin berhembus
pelan, sekuntum bunga mawar jatuh entah dari mana.. Hati Galvin berdesir tak
ingin beranjak,ia merasa sedang bersama Abbey.. Hatinya tenang…”Aku tau kamu akan selalu dengar apa yang
aku katakana, merasakan apa yang aku rasakan, walaupun sekarang, kita sudah
tidak bersama lagi…”ucap Galvin dalam hati, sambil melangkah pergi……