Berawal dari Setitik Harapan
PROLOG :
Hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan, kadang ada suka, kadang ada duka. Namun,,, Tuhan, keluarga, dan
sahabatmu akan slalu ada untukmu, meringankan, dengan memikul beban itu bersama
– sama denganmu…
Percayalah pada dirimu, jika kamu pikir kamu memang bisa, kamu pasti bisa!
“…Keberhasilan yang saya capai ini,
karena Tuhan, Keluarga, juga sahabat tercinta saya yang selalu setia, menemani
dari awal hingga akhir, namun perjuangan ini juga tidak akan saya dapatkan,
tanpa “Setitik harapan” yang tumbuh di hati saya…” kata Alice seraya
melemparkan senyum manisnya, saat menghadiri jumpa pers.
Vincentia Alice Artedja, anak dari
pasangan Romi dan Susan. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Ia lahir di
kalangan keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya merupakan seorang kuli
bangunan dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Hati Alice setulus dan
seputih salju, ia juga memiliki bakat di bidang seni vocal, namun apa daya,
karena keterbatasan keluarganya, saat itu ia hanya bisa berharap akan
keajaiban. Alice bersekolah di SMP Harapan Kasih pun, dengan beasiswa yang ia
peroleh, berhubung ia memang anak yang cukup berprestasi di bidang akademik
maupun non-akademik.
Karena keadaan ekonomi yang kurang
mencukupi, Alice terkadang di tolak dari pergaulan. Untungnya, dia memiliki dua
orang sahabat, yang selalu setia bersamanya dalam suka dan duka… Febri dan
Icha. Mereka bersahabat bukan karena materi, namun karena persahabatan yang
memang pada dasarnya, mengutamakan kasih, pengertian, dan saling tolong –
menolong.
Sevanya Latif, merupakan cucu dari
salah satu pengusaha terkenal, Seva, panggil teman - temannya. Kehidupan Seva sangat berbeda 180
derajat dengan kehidupan Alice. Itu yang membuat Seva sangat membenci dan anti
bergaul dengan Alice. Rakyat jelata panggilan Seva yang ia buat untuk Alice.
Seva memiliki gang yang bernama ”Lollipop”.
”Eh, RAKYAT JELATA ngapain lo ada di
sini?!??” kata Tamara, salah satu anggota lollipop.” RAKYAT JELATA kayak LO itu
nggak sebanding ama kita – kita semua! Lo mending jauh- jauh deh dari gue,
mending nyingkir, jangan berani muncul di depan gue! Nyadar nggak sih? LO itu
cumin anak KULI BANGUNAN! euwh” , sambung Seva dengan nada ketus plus nyindir.
Alice hanya bisa bersabar dan diam menghadapi gang itu. Walaupun ia berkata –
kata toh tetap ia tidak bisa lari dari kenyataan. Lo pasti bisa Lice… Tuhan itu adil.. sabarr..sabarr… berkembang dan
belajar, berprestasi itu tujuan lo sekarang.. Harapan pasti akan selalu ada… pintanya
dalam hati. Begitulah hari – hari yang di lalui Alice, terutama saat bertemu
dan berhadapan dengan Seva dan kawan – kawannya.
Saat
sedang jam pelajaran Alice dengan serius memperhatikan materi yang di berikan
oleh gurunya. Sedangkan Seva hanya duduk dan sibuk dengan mengurus rambut dan
make upnya, sungguh bukan cerminan seorang murid. Tiba – tiba terdengar
pengumuman dari bu Indira kepala Sekolah, ”Diharapkan kepada Alice kelas VIII-1,
untuk menuju ke ruangan saya saat jam istirahat”.
Setelah mendengar pengumuman itu,
Alice menjadi khawatir. Ia takut beasiswanya dicabut dan ia tidak bida
bersekolah lagi. ”Makanya! Udah tau GEMBEL!! Masih aja ngotot mau sekolah di
tempat bagus kayak gini, euwh. Ujung – ujungnya kan di cabut juga beasiswa lo!
Hahaha, Gue harus minta terima ksih nih ama Bu Indira, soalnya dia udah
nyingkirin RAKYAT JELATA ini dari sekolah kita! Hahaha” tawa Seva meledak ke
seluruh kelas, bersama teman – temannya. Alice, hanya bisa tertunduk sedih dan
tidak bisa berkata- kata, air matanya berkaca – kaca, Febri dan Icha segera
menenangkan keadaan kelas yang sempat ricuh. Mereka datang dan mendekap Alice
seraya berkata ”Lice, kita semua ada buat Lo, kita dukung lo sepenuh hati…”
dengan tulus.
Saat bel istirahat, dengn langkah
lemas Alice menuju ke ruang kepala sekolah. Namun setibanya di tempat itu, Ibu
Indira menyambutnya dengan senyum ramah dan tulus. Tidak ada ekspresi marah
atau khawatir sama sekali. ”Mari masuk nak,.. silahkan duduk, ibu mau bicara
penting” kata Bu Indira. ”Ibu mendengar kamu bisa dan memiliki bakat di bidang
vocal, rencananya ibu akan mengikutkanmu dalam lomba ini, namun harus meminta
konfirmasi dari pihak kamu terlebih dahulu…” penjelasan Bu Indira. Tentu saja,
dengan senang hati Alice menerimanya, ia sangat lega… karena telah mendengarkan
berita baik.
Setibanya di kelas, Alice
menceritakan hal tersebut kepada kedua sahabatnya. Tentu saja mereka mendukung,
dan terus memberikan semangat kepada Alice. ”Lo pasti bisa, gue yakin lo
bakalan jadi pemenangnya, trus jadi asrtis deh, semangatt!! Jangan lupa
promosiin twitter gue yawJ”
canda Febri sambil memberikan semangat. Rupanya, ada salah seorang geng Seva yang mendengarnya dan segera
memberitahukan kepada Seva.
”APA?!?!?! RAKYAT JELATA itu ikut
lomba? Bu Indira udah nggak waras! Ini nggak masuk di akal” keluh Seva. ”Ya,
gue akui sih, suara dia itu bagus, berbobot banget untuk ikut lomba, apa lagi
untuk jadi artis… ” kata salah satu temannya. ”Jadi Lo ngebela dia? Gitu? Lo
temen dia apa gue sih?!?!” marah Seva. ”Cuman ngasih tau lo ajah, nggak usah
marah lah, siapa juga temen dia, ogah gue”. Kemudian mereka pergi dari tempat
itu.
Sepulang sekolah, Alice dengan
semangatnya kemudian menceritakan mengenai lomba yang akan ia ikuti. ”Boleh ya
Ma… Boleh yaa…”, bujuk Alice dengan gaya super manja. ”Ia, boleh Lice, selama
kamu mampu dan bisa, tapi ingat, kamu harus memberikan yang terbaik, dan jangan
lupa berdoa, serahkan semuanya kepada Tuhan”kata mamanya. Alice tentu saja
setuju dan memeluk mamanya dengan senyum tulus yang mengembang.
Hari Senin, 23 Mei 2012, Alice pergi
menuju ke tempat lomba, dengan pakaian seadanya ia berusaha untuk lolos seleksi
pertama. Ia berhasil, dan bisa mengikuti babak semifinal. Sebelum masa
karantina, ia diperbolehkan pulang selama satu minggu. Dalam satu minggu itu
pula, ia melanjutkan proses belajar mengajar di sekolah.
”Wah, wah, wah, RAKYAT JELATA ini
masih berani juga muncul di sekolah ini, mau ngapain LO?!?! HAH?!? Sok
pamer!Mentang – mentang lulus audisi pertama! LO NGGAK BAKAL BISA MENANG!!
INGAT KATA – KATA GUE! CAMKAN BAIK-BAIK!” kata Seva. Alice tertunduk kemudian
lari. Ia duduk di gazebo belakang sekolah, menangis tersedu – sedu. ”Kenapa
harus gue? Kenapa harus gue yang selalu di ejek, kenapa selalu gue yang salah,
apa gua nggak boleh berprestasi gue cumin mau ngebahagiain orang tua gue…”
katanya sambil menangis. Tak lama kemudian Febri dan Icha datang menghampiri
Alice. Mereka mendukungnya, memberikan semangat – semangat baru buar Alice.
Alice sangat bersyukur karena memiliki sahabat yang setia seperti mereka.
Sepulang sekolah, Alice pulang,
memeluk ibu, ayah dan adik – adiknya, dan berjanji untuk memberikan dan
mengusahakan yang terbaik. Ia masuk ke kamar, dan berdoa… serta meyakinkan diri
sendiri, bahwa dia bisa melalui semua cobaan ini. Dalam harinya Alice
menanamkan prinsip, bahwa akan selalu ada harapan bagi orang yang percaya dan
selalu berharap. Sambil memutar lagu Mariah Carey – When You Believe, dia
memilih – milih lagu yang akan di pakai nya saat audisi nanti.
Tiba harinya untuk proses karantina,
Alice di bina mati – matian, di berikan pengarahan bersama dengan kontestan
lainnya. Iasangat bersemangat, dan dengan saksama memperhatikan apapun yang
disampaikan oleh pelatihnya. Hari yang di tinggu – tunggu pun tiba, seluruh keluarga dan sahabatya datang untk menonton
secara langsung di studio lomba. Saat Alice selesai bernyanyi, juri, penonton,
dan semua yang ada di sana merasa terharu atas lagu Westlife – You Raise Me Up
yang di lantunkannya, dan secara serentak berdiri memberikn tepuk tangan (standing applause). Pada waktu
pengumuman pemenang dilakukan, hati Alice sangat berdebar – debar.
”Dan pemenangnya adalah……………… A L I
C E!!, selamat untuk pemenang dan di persilahkan untuk maju ke depan dan
menerima hadiah” kata pembawa acara. Alice hanya terkesiap atas apa yang
barusan ia dengar…rasa kaget, gembira, haru, bercampur aduk menjadi satu.
Setelah acara tersebut selesai, seorang produser musik ternama datang
menghampirinya. ”Apa kamu berniat untuk menyanyikan lagu yang saya
ciptakan?”katanya sambil menyerahkan kartu nama dan nomor telepon. Mereka
bernegosiasi, tentu saja Alice sangat senang saligus gembira.
Beberapa bulan setelah lomba itu,
album Alice pun mulai di edarkan, banyak pembeli yang tertarik dengan albumnya,
karena Alice membawakan lagu, bukan hanya sekedar menyanyi, namun dari dalam
hati. Satu minggu kemudian, diadakan jumpa pers dari pihak manajemen Alice dan
para wartawan. ”Apa sih kunci kesuksesan kamu sebagai seorang siswi SMP kelas
delapan?”Tanya seorang wartawan… Alice mengatakan :
”Kunci
kesuksesan yang paling utama buat saya
adalah Berjuang tanpa ada akhirnya, tapi perjuangan itu, tidak hanya
dilakukan sekal, namun berulang – ulang kali. Keberhasilan yang saya capai ini,
karena Tuhan, Keluarga, juga sahabat tercinta saya yang selalu setia, menemani
dari awal hingga akhir, namun perjuangan ini juga tidak akan saya dapatkan,
tanpa “Setitik harapan” yang tumbuh di hati saya…”
”Saya
dengar dulu anda selalu di cemooh oleh teman – teman anda saat di sekolah?”
Tanya wartawan lainnya.” Bagi saya, mereka tidak pernah mencemooh, mereka hanya
memberikan dukungan bagi saya. Dendam buat mereka pun tidak akan pernah ada,
karena mereka bukan makhluk sempurna, begitu pun saya.. Jadi saya tidak boleh
meghakimi orang yang sama tidak sempurna seperti saya”, ucap Alice dengan
diakhiri senyum yang tulus.
Keesokan
harinya, Alice kembali menjalani aktifitas sebagai siswa sebagaimana mestinya,
belu lagi ia haru menghadapi ujian semester yang akan datang. Namun keadaan
menjadi berubah setelah ia mengikuti audisi itu. Keadaan ekonomi keluarganya
menjadi lebih baik, ayahnya mendapatkan modal untuk mejadi pegusaha, dan mereka
berpindah rumah untuk menjalani hidup yang lebih baik. Seva yang biasanya
datang untuk mengejek, mencela, bahkan merendahkan Alice, kali ini datang
dengan rasa penuh penyesalan, kemudian mendekap Alice sambil berkata, ”Maafin
gue, selama ini jahat ama lo, gue nggak nyangka, lo mau ngebela gue di depan
public kemaren, gue nonton lo… lo itu terlalu baik Lice, gue nggak heran kalo
lo bisa sukses kayak sekarang ini.. Gue kagum, lo mau maafin gue?..” Alice
kembali berkata dengan mata berkaca – kaca naun dengan wajah cerah ”Gue udah
maafin lo, jauuuh sebelum lo minta maaf sama gue, makasih.. ya..”katanya tulus,
dengan senyuman supper manis yang terulas di bibirnya. Ia juga mendatangi bu
Indira mengucapkan rasa terima kasihnya. Mulai hari itu, kehidupannya menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Ingatlah, keangkuhan tidak ada gunanya, kerja keras dan baik hati, itu yang membuatmu berhasil. (DF)
0 komentar:
Posting Komentar