Kamis, April 19, 2012

Berawal dari Setitik Harapan

                    PROLOG         : Hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan, kadang ada suka, kadang ada  duka. Namun,,, Tuhan, keluarga, dan sahabatmu akan slalu ada untukmu, meringankan, dengan memikul beban itu bersama – sama denganmu…
                                                    Percayalah pada dirimu, jika kamu pikir kamu memang bisa, kamu pasti bisa!


            “…Keberhasilan yang saya capai ini, karena Tuhan, Keluarga, juga sahabat tercinta saya yang selalu setia, menemani dari awal hingga akhir, namun perjuangan ini juga tidak akan saya dapatkan, tanpa “Setitik harapan” yang tumbuh di hati saya…” kata Alice seraya melemparkan senyum manisnya, saat menghadiri jumpa pers.
            Vincentia Alice Artedja, anak dari pasangan Romi dan Susan. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Ia lahir di kalangan keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya merupakan seorang kuli bangunan dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Hati Alice setulus dan seputih salju, ia juga memiliki bakat di bidang seni vocal, namun apa daya, karena keterbatasan keluarganya, saat itu ia hanya bisa berharap akan keajaiban. Alice bersekolah di SMP Harapan Kasih pun, dengan beasiswa yang ia peroleh, berhubung ia memang anak yang cukup berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik.
            Karena keadaan ekonomi yang kurang mencukupi, Alice terkadang di tolak dari pergaulan. Untungnya, dia memiliki dua orang sahabat, yang selalu setia bersamanya dalam suka dan duka… Febri dan Icha. Mereka bersahabat bukan karena materi, namun karena persahabatan yang memang pada dasarnya, mengutamakan kasih, pengertian, dan saling tolong – menolong.
            Sevanya Latif, merupakan cucu dari salah satu pengusaha terkenal, Seva, panggil teman -  temannya. Kehidupan Seva sangat berbeda 180 derajat dengan kehidupan Alice. Itu yang membuat Seva sangat membenci dan anti bergaul dengan Alice. Rakyat jelata panggilan Seva yang ia buat untuk Alice. Seva memiliki gang yang bernama ”Lollipop”.
            ”Eh, RAKYAT JELATA ngapain lo ada di sini?!??” kata Tamara, salah satu anggota lollipop.” RAKYAT JELATA kayak LO itu nggak sebanding ama kita – kita semua! Lo mending jauh- jauh deh dari gue, mending nyingkir, jangan berani muncul di depan gue! Nyadar nggak sih? LO itu cumin anak KULI BANGUNAN! euwh” , sambung Seva dengan nada ketus plus nyindir. Alice hanya bisa bersabar dan diam menghadapi gang itu. Walaupun ia berkata – kata toh tetap ia tidak bisa lari dari kenyataan. Lo pasti bisa Lice… Tuhan itu adil.. sabarr..sabarr… berkembang dan belajar, berprestasi itu tujuan lo sekarang.. Harapan pasti akan selalu ada… pintanya dalam hati. Begitulah hari – hari yang di lalui Alice, terutama saat bertemu dan berhadapan dengan Seva dan kawan – kawannya.
Saat sedang jam pelajaran Alice dengan serius memperhatikan materi yang di berikan oleh gurunya. Sedangkan Seva hanya duduk dan sibuk dengan mengurus rambut dan make upnya, sungguh bukan cerminan seorang murid. Tiba – tiba terdengar pengumuman dari bu Indira kepala Sekolah, ”Diharapkan kepada Alice kelas VIII-1, untuk menuju ke ruangan saya saat jam istirahat”.
            Setelah mendengar pengumuman itu, Alice menjadi khawatir. Ia takut beasiswanya dicabut dan ia tidak bida bersekolah lagi. ”Makanya! Udah tau GEMBEL!! Masih aja ngotot mau sekolah di tempat bagus kayak gini, euwh. Ujung – ujungnya kan di cabut juga beasiswa lo! Hahaha, Gue harus minta terima ksih nih ama Bu Indira, soalnya dia udah nyingkirin RAKYAT JELATA ini dari sekolah kita! Hahaha” tawa Seva meledak ke seluruh kelas, bersama teman – temannya. Alice, hanya bisa tertunduk sedih dan tidak bisa berkata- kata, air matanya berkaca – kaca, Febri dan Icha segera menenangkan keadaan kelas yang sempat ricuh. Mereka datang dan mendekap Alice seraya berkata ”Lice, kita semua ada buat Lo, kita dukung lo sepenuh hati…” dengan tulus.
            Saat bel istirahat, dengn langkah lemas Alice menuju ke ruang kepala sekolah. Namun setibanya di tempat itu, Ibu Indira menyambutnya dengan senyum ramah dan tulus. Tidak ada ekspresi marah atau khawatir sama sekali. ”Mari masuk nak,.. silahkan duduk, ibu mau bicara penting” kata Bu Indira. ”Ibu mendengar kamu bisa dan memiliki bakat di bidang vocal, rencananya ibu akan mengikutkanmu dalam lomba ini, namun harus meminta konfirmasi dari pihak kamu terlebih dahulu…” penjelasan Bu Indira. Tentu saja, dengan senang hati Alice menerimanya, ia sangat lega… karena telah mendengarkan berita baik.
            Setibanya di kelas, Alice menceritakan hal tersebut kepada kedua sahabatnya. Tentu saja mereka mendukung, dan terus memberikan semangat kepada Alice. ”Lo pasti bisa, gue yakin lo bakalan jadi pemenangnya, trus jadi asrtis deh, semangatt!! Jangan lupa promosiin twitter gue yawJ” canda Febri sambil memberikan semangat. Rupanya, ada salah seorang geng  Seva yang mendengarnya dan segera memberitahukan kepada Seva.
            ”APA?!?!?! RAKYAT JELATA itu ikut lomba? Bu Indira udah nggak waras! Ini nggak masuk di akal” keluh Seva. ”Ya, gue akui sih, suara dia itu bagus, berbobot banget untuk ikut lomba, apa lagi untuk jadi artis… ” kata salah satu temannya. ”Jadi Lo ngebela dia? Gitu? Lo temen dia apa gue sih?!?!” marah Seva. ”Cuman ngasih tau lo ajah, nggak usah marah lah, siapa juga temen dia, ogah gue”. Kemudian mereka pergi dari tempat itu.
            Sepulang sekolah, Alice dengan semangatnya kemudian menceritakan mengenai lomba yang akan ia ikuti. ”Boleh ya Ma… Boleh yaa…”, bujuk Alice dengan gaya super manja. ”Ia, boleh Lice, selama kamu mampu dan bisa, tapi ingat, kamu harus memberikan yang terbaik, dan jangan lupa berdoa, serahkan semuanya kepada Tuhan”kata mamanya. Alice tentu saja setuju dan memeluk mamanya dengan senyum tulus yang mengembang.
            Hari Senin, 23 Mei 2012, Alice pergi menuju ke tempat lomba, dengan pakaian seadanya ia berusaha untuk lolos seleksi pertama. Ia berhasil, dan bisa mengikuti babak semifinal. Sebelum masa karantina, ia diperbolehkan pulang selama satu minggu. Dalam satu minggu itu pula, ia melanjutkan proses belajar mengajar di sekolah.
            ”Wah, wah, wah, RAKYAT JELATA ini masih berani juga muncul di sekolah ini, mau ngapain LO?!?! HAH?!? Sok pamer!Mentang – mentang lulus audisi pertama! LO NGGAK BAKAL BISA MENANG!! INGAT KATA – KATA GUE! CAMKAN BAIK-BAIK!” kata Seva. Alice tertunduk kemudian lari. Ia duduk di gazebo belakang sekolah, menangis tersedu – sedu. ”Kenapa harus gue? Kenapa harus gue yang selalu di ejek, kenapa selalu gue yang salah, apa gua nggak boleh berprestasi gue cumin mau ngebahagiain orang tua gue…” katanya sambil menangis. Tak lama kemudian Febri dan Icha datang menghampiri Alice. Mereka mendukungnya, memberikan semangat – semangat baru buar Alice. Alice sangat bersyukur karena memiliki sahabat yang setia seperti mereka.
            Sepulang sekolah, Alice pulang, memeluk ibu, ayah dan adik – adiknya, dan berjanji untuk memberikan dan mengusahakan yang terbaik. Ia masuk ke kamar, dan berdoa… serta meyakinkan diri sendiri, bahwa dia bisa melalui semua cobaan ini. Dalam harinya Alice menanamkan prinsip, bahwa akan selalu ada harapan bagi orang yang percaya dan selalu berharap. Sambil memutar lagu Mariah Carey – When You Believe, dia memilih – milih lagu yang akan di pakai nya saat audisi nanti.
            Tiba harinya untuk proses karantina, Alice di bina mati – matian, di berikan pengarahan bersama dengan kontestan lainnya. Iasangat bersemangat, dan dengan saksama memperhatikan apapun yang disampaikan oleh pelatihnya. Hari yang di tinggu – tunggu  pun tiba, seluruh  keluarga dan sahabatya datang untk menonton secara langsung di studio lomba. Saat Alice selesai bernyanyi, juri, penonton, dan semua yang ada di sana merasa terharu atas lagu Westlife – You Raise Me Up yang di lantunkannya, dan secara serentak berdiri memberikn tepuk tangan (standing applause). Pada waktu pengumuman pemenang dilakukan, hati Alice sangat berdebar – debar.
            ”Dan pemenangnya adalah……………… A L I C E!!, selamat untuk pemenang dan di persilahkan untuk maju ke depan dan menerima hadiah” kata pembawa acara. Alice hanya terkesiap atas apa yang barusan ia dengar…rasa kaget, gembira, haru, bercampur aduk menjadi satu. Setelah acara tersebut selesai, seorang produser musik ternama datang menghampirinya. ”Apa kamu berniat untuk menyanyikan lagu yang saya ciptakan?”katanya sambil menyerahkan kartu nama dan nomor telepon. Mereka bernegosiasi, tentu saja Alice sangat senang saligus gembira.
            Beberapa bulan setelah lomba itu, album Alice pun mulai di edarkan, banyak pembeli yang tertarik dengan albumnya, karena Alice membawakan lagu, bukan hanya sekedar menyanyi, namun dari dalam hati. Satu minggu kemudian, diadakan jumpa pers dari pihak manajemen Alice dan para wartawan. ”Apa sih kunci kesuksesan kamu sebagai seorang siswi SMP kelas delapan?”Tanya seorang wartawan… Alice mengatakan :
”Kunci kesuksesan yang paling utama buat saya  adalah Berjuang tanpa ada akhirnya, tapi perjuangan itu, tidak hanya dilakukan sekal, namun berulang – ulang kali. Keberhasilan yang saya capai ini, karena Tuhan, Keluarga, juga sahabat tercinta saya yang selalu setia, menemani dari awal hingga akhir, namun perjuangan ini juga tidak akan saya dapatkan, tanpa “Setitik harapan” yang tumbuh di hati saya…”
”Saya dengar dulu anda selalu di cemooh oleh teman – teman anda saat di sekolah?” Tanya wartawan lainnya.” Bagi saya, mereka tidak pernah mencemooh, mereka hanya memberikan dukungan bagi saya. Dendam buat mereka pun tidak akan pernah ada, karena mereka bukan makhluk sempurna, begitu pun saya.. Jadi saya tidak boleh meghakimi orang yang sama tidak sempurna seperti saya”, ucap Alice dengan diakhiri senyum yang tulus.
Keesokan harinya, Alice kembali menjalani aktifitas sebagai siswa sebagaimana mestinya, belu lagi ia haru menghadapi ujian semester yang akan datang. Namun keadaan menjadi berubah setelah ia mengikuti audisi itu. Keadaan ekonomi keluarganya menjadi lebih baik, ayahnya mendapatkan modal untuk mejadi pegusaha, dan mereka berpindah rumah untuk menjalani hidup yang lebih baik. Seva yang biasanya datang untuk mengejek, mencela, bahkan merendahkan Alice, kali ini datang dengan rasa penuh penyesalan, kemudian mendekap Alice sambil berkata, ”Maafin gue, selama ini jahat ama lo, gue nggak nyangka, lo mau ngebela gue di depan public kemaren, gue nonton lo… lo itu terlalu baik Lice, gue nggak heran kalo lo bisa sukses kayak sekarang ini.. Gue kagum, lo mau maafin gue?..” Alice kembali berkata dengan mata berkaca – kaca naun dengan wajah cerah ”Gue udah maafin lo, jauuuh sebelum lo minta maaf sama gue, makasih.. ya..”katanya tulus, dengan senyuman supper manis yang terulas di bibirnya. Ia juga mendatangi bu Indira mengucapkan rasa terima kasihnya. Mulai hari itu, kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ingatlah, keangkuhan tidak ada gunanya, kerja keras dan baik hati, itu yang membuatmu berhasil. (DF)

0 komentar:

Posting Komentar